resensi cerpen



Namaku, Namamu, dan Namanya 

Judul buku                   : Jingga dalam Elegi
Pengarang                    : Esti kinasih
Penerbit                        : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Kota tempat terbit        : Jakarta
Tahun terbit                 : 2011
Tebal                            : 392 halaman
Harga                           : -

            Jingga adalah nama yang identik dengan warna, dengan pembauran antara warna merah dan kuning kita bisa melihat warna jingga. Mataharilah salah satunya yang menyala terang dengan warna jingga. Novel ini pun masih sama dengan novel sebelumnya yaitu “Jingga dan Senja”. Dalam novel “Jingga dan Senja”, Esti kinasih sang penulis lebih mengarah pada pertemuan antara dua sosok yang berbeda karakter. Dia, penulis cantik yang tumbuh dan besar di Jakarta dengan hobinya traveling, naik gunung, mengoleksi T-shirt bergambar Jeep, dan ngoleksi perangko. Novel ini adalah novel keenam Esti dimulai dari “Fairish” (2004) yang menjadi best seller, selanjutnya adalah “CEWEK” (2005)  yang juga laris manis di pasaran, lalu “STIIL” (2006), “Dia, Tanpa Aku” (2008) dan “Jingga dan Senja” (2010) untuk yang terakhir ini adalah “Jingga dalam Elegi” sementara ini masih menunggu kelanjutan ceritanya pada novel “Jingga untuk Matahari” yang kabarnya akan diterbitkan pada tahun 2012.

            Jingga atau Tari adalah  seorang siswi baru yang duduk di kelas X sedangkan Senja atau Ari adalah siswa bernotaben dengan perilakunya yang super duper nakal. Dalam novel “Jingga dan Senja”, sosok Tari sangat disukai oleh Ari. Berbagai cara telah dilakukan Ari, akan tetapi Tari tetap membalasnya dengan sikap cuek. Apalagi dengan munculnya sosok Angga, yaitu musuh Ari dari SMA Brawijaya membuat langkahnya terhambat. Angga juga sangat menyukai Tari tapi niatnya adalah hanya untuk menghancurkan Ari. Tujuan Angga cuma satu, dengan cara mendekati Tari untuk melukai perasaan Ari. Tapi sayangnya sebelum hal itu terjadi Ari telah menyadarinya ia pun menyingkirkan Angga dari bayangan Tari dan akhirnya Anggalah yang mengalah.

            Pada novel lanjutan ini sosok Ari yang memiliki kembaran yaitu Ata akhirnya terkuak, dan teka-teki asal-usulnya pun juga terbongkar tentang kedua orang tuanya yang telah lama berpisah sejak mereka berdua masih kecil. Esti Kinasih sang penulis, berhasil meneteskan air mata dari setiap pembacanya, karena latar belakang ceritanya yang menyedihkan dan menyentuh hati. Seperti saat pertemuan antara ibu dan anak yaitu Ari dan mamanya yang sudah lama tak bertemu. Ari yang tidak tahu bahwa sebenarnya mama Ari mencarinya ke beberapa kota, mama Ari sangat ingin bertemu dengannya. Tetapi Ari selalu tidak membaca pesan-pesan dari mama yang dikirimkan untuk Ari. 

            Dari kisah yang menyedihkan, pada novel ini terdapat ketidaksempurnaan seperti pada penulisan yaitu “Ketika sepuluh menit kemudian kios itu juga kios-kios yang lain tutup-karena waktu telah menunjukkan tepat pukul lima sore-Ata tetap bergeming” seharusnya pada tanda bergaris bawah tidak diperlukan tanda penghubung (-). Tetapi Esti Kinasih juga membubuhkan beberapa rangkaian kata mutiara seperti yang dibawah ini
            Akan ada banyak air mata yang jatuh
            ­Akan ada sayatan untuk begitu banyak hati yang sudah lama tak utuh
            Akan ada letup emosi
            Akan ada luap amarah dan caci maki
            Dan akan ada teramat banyak tikaman luka dan sakit hati
Rangkaian kata mutiara itu melukiskan tentang novel ini yang telah dibuat dengan apik dan menarik. Sehingga membuat pembaca seolah-olah ikut merasakan apa yang dialami oleh para tokoh dalam novel. Selain itu, kelebihan pada novel ini terdapat pada nama para tokoh. Esti, memilih nama tokoh yang tepat. Ia berusaha membuat para pembaca menjadi tertarik dan penasaran. Ia menghubungkan nama Jingga dari satu ke tokoh ke tokoh yang lain karena terinspirasi pada warna pelangi. Sang penulis ingin berkehidupan seperti pelangi yang selalu baerwarna-warni tanpa ada goresan kesedihan dibalik semua masalah yang ada.

            Sasaran novel ini ditujukan untuk para remaja terutama pelajar, karena kesan dan pesan yang tersirat mencerminkan kehidupan remaja pada masa kini. Untuk kalian semua tunggu kelanjutan trilogi dari novel “Jingga dalam Elegi” yaitu “Jingga untuk Matahari” yang akan segera diterbitkan di tahun 2012 ini, karena semua akan terjawab pada novel ini. Tiada kata bosan membacanya, tiada kata letih mengingatnya.



Categories:

Leave a Reply